Akhir-akhir ini masyarakat mulai sadar akan buruknya dampak bullying. Tidak hanya menyebabkan luka secara fisik, perundungan juga meninggalkan luka psikologis bagi korbannya. Sayangnya dampak psikologis bullying bisa mempengaruhi korban dalam jangka waktu yang cukup lama.

Bullying merupakan tindakan sengaja yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan penindasan atau tindak kekerasan kepada orang lain secara terus menerus.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 480 aduan dari anak yang menjadi korban bullying di sekolah pada periode tahun 2016-2020. Data lainnya menyebutkan bahwa 2 dari 3 anak berusia 13-17 tahun pernah mengalami setidaknya satu jenis kekerasan selama hidupnya.

Jenis perundungan yang dilakukan juga bermacam macam. Mulai dari menyebarkan rumor yang tidak baik, mengucilkan, mengejek, mengancam, menghancurkan barang, hingga memukul korban. Perkembangan teknologi juga kemudian memunculkan cyber bullying dengan menggunakan komentar-komentar jahat yang ditujukan pada korbannya.

Berbagai tindakan tersebut tentu memberikan dampak negatif yang besar bagi korbannya. Memar pada fisik, barang-barang milik mereka yang rusak, hingga kesehatan mental yang terganggu.

Dampak Psikologis Bullying pada Korban

Depresi dan gangguan kecemasan merupakan masalah psikologis yang paling sering muncul pada korban bully. Kesepian dan munculnya rasa rendah diri merupakan masalah lain yang dihadapi oleh mereka.

Tidak jarang perasaan-perasaan negatif yang mereka rasakan kemudian mendorong mereka untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

Dampak psikologis bullying ini akhirnya seringkali menyebabkan permasalahan lain pada fisik dan kebiasaan korbannya.

Dalam jangka waktu panjang, hasil riset peneliti di Inggris menunjukkan bahwa setelah 40 tahun korban mengalami kondisi kesehatan, fungsi kognitif, kualitas serta tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah daripada orang yang tidak pernah mengalami perundungan.

Dampak Bullying lainnya

Perasaan marah, sedih, tidak berdaya, frustasi yang terus menerus menghantui korban selama perundungan seringkali menyebabkan permasalahan fisik seperti gangguan pencernaan serta berbagai masalah kesehatan lain.

Belum lagi korban perundungan seringkali mengalami kesulitan untuk tidur sehingga memperparah keadaan ini karena mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat.

Perisakan yang terus menerus terjadi juga akhirnya membuat korban sulit untuk berinteraksi sosial dengan orang lain dan kesulitan untuk fokus akan sesuatu. Dalam jangka panjang, mereka cenderung lebih sulit untuk mendapatkan dan mempertahankan suatu pekerjaan.

Dampak Bullying pada Pelaku

Tidak hanya memiliki dampak pada korban, bullying juga ternyata memiliki dampak psikologis pada pelaku. Sulit dalam berempati  merupakan salah satu dampak buruk bullying pada pelaku.

Seseorang yang melakukan perundungan biasanya memiliki perasaan diakui, bahagia, dan puas ketika berhasil mem-bully orang lain. Hal tersebut tentu saja tidak sehat secara psikis dan sosial.

Mereka yang melakukan perundungan secara terus menerus akhirnya menganggap bully sebagai hal yang biasa. Dalam jangka panjang, anak yang melakukan perisakan biasanya berpotensi melakukan tindak kriminal saat mereka dewasa.

Banyaknya dampak bullying bagi korban maupun pelaku seharusnya mampu membuat kita lebih giat dalam mencegah hal tersebut terjadi di sekitar kita. Tidak meninggalkan kata-kata jahat di kolom komentar merupakan salah satu hal yang bisa kita mulai untuk mencegah bullying.