Skip to Content

Categories: Education & Tips

Stop Dating Violence!!!

Pernah nggak boleh main sama pacar kamu?

Pernah dipanggil dengan panggilan yang kamu ngga suka?

Sadar nggak sih kalau kamu itu udah jadi korban Dating Violence?

Dating violence itu nggak cuma kekerasan dalam hubungan, tapi termasuk tindak pemaksaan terhadap seseorang kepada pasangannya. makanya penting bagi masyarakat, khususnya anak remaja mengetahui lebih banyak tentang Dating Violence

 

Saat berpacaran, seharusnya kita merasa bahagia. Namun ada hubungan berpacaran yang tidak berjalan dengan mulus sehingga kalimat bernada merendahkan atau mengancam seperti kalimat di atas kerap kali diucapkan oleh pacar kepada kita. Mungkin tidak hanya melalui ucapan, namun pacar juga melakukan tindakan kasar saat kita tidak melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Lebih jauh lagi, pacar memaksa kita melakukan hubungan seksual yang tidak kita inginkan. Jika hubungan pacaran seperti ini tentu saja tidak membuat kita merasa bahagia, melainkan justru membuat kita merasa ketakutan dan tidak berdaya

 

Pada umumnya jenis kekerasan yang sering terjadi dalam hubungan pacaran dapat dibagi menjadi kekerasan psikis/verbal, fisik, serta seksual. Semua jenis kekerasan ini memiliki satu hal yang sama, yaitu memperlihatkan adanya KEKUATAN dan KONTROL pada pihak/pasangan yang menjadi pelaku kekerasan.

  1. Kekerasan psikis/verbalKekerasan ini betujuan menurunkan keberhargaan diri seseorang, menimbulkan ketakutan, perasaan tertekan dan tidak berdaya. Perilaku yang muncul cenderung menunjukkan kecemburuan, posesif, dan pengendalian seperti memanggil nama pasangan dengan sebutan negatif (bodoh, jelek), cemburu berlebihan, dihina, diancam, dilarang berhubungan dengan teman, menggunakan handphone untuk mengecek pasangan sesering mungkin. Bentuk kekerasan ini sering terjadi namun jarang disadari sebagai kekerasan.
  2. Kekerasan fisikKekerasan ini bertujuan untuk menyakiti pasangan dan mengakibatkan luka yang mudah terlihat. Biasanya kekerasan ini sudah terlebih dulu diawali dengan sejarah kekerasan psikis. Perilakunya diantaranya seperti mendorong, memukul, menjambak, menganiaya tubuh, mencekik, atau memaksa pasangan pergi ke tempat yang membahayakan dirinya.
  3. Kekerasan seksualKekerasan ini terlihat dari rabaan atau sentuhan pada tubuh yang tidak dikehendaki, ciuman yang tidak kehendaki, pelecehan seksual, pemaksaan fisik untuk melakukan hubungan seksual, atau mengancam akan meninggalkan pasangan dan memanipulasi dengan paksa untuk melakukan hubungan seksual.

Secara umum memang laki-laki lebih sering diketahui melakukan kekerasan ini dibandingkan perempuan. Namun jangan salah, pada kenyataannya perempuan juga bisa menjadi pelakunya lho. Kekerasan dalam hubungan pacaran ini perlu mendapatkan perhatian oleh kita, terutama remaja, yang mulai berpacaran. Kenapa? Karena ternyata mengakibatkan dampak negatif pada orang-orang yang menjadi korban. Dampak yang paling mudah terlihat oleh mata kita adalah dampak fisik berupa memar atau luka ringan hingga yang paling parah adalah kematian. Selain itu dampak yang juga bisa dialami adalah dampak psikologis. Dampak psikologis ini juga bermacam-macam, mulai dari turunnya kepercayaan diri kita, gangguan dalam emosi (mengalami emosi sedih dan marah), depresi, hingga mengalami reaksi stres pascatrauma. namun kemungkinan terjadinya dating violence bukan hanya terhadap orang yang sedang berpacaran. karena sebenarnya dating violence ini bisa terjadi di antara 2 orang dalam hubungan dekat. hubungan tanpa status maupun sedang pendekatan (PDKT) terhadap lawan jenis juga membuka kemungkinan terjadinya Dating Violence

Oleh karena itu, untuk menghindari adanya rangkaian kekerasan dalam hubungan pacaran, teman-teman remaja dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:

  1. Mengenali pasangan dan hubungan berpacaran yang sedang dijalaniMengenali siapa pacar kita merupakan cara yang paling tepat untuk menghindari kekerasan. Sebelum memutuskan berpacaran, sebaiknya ketahui perilaku calon pacar serta kebiasaan baik dan buruknya. Saat sudah berpacaran, kenali hubungan dengan menanyakan hal ini pada diri sendiri: Apakah pacar sangat pencemburu, terutama jika kamu tidak berada di sampingnya? Apakah ia sering menuntut kamu melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan? Apakah pacar melarang kamu untuk berhubungan dengan teman-teman kita? Apakah emosi pacar naik turun dan mudah marah? Apakah kamu merasa ketakutan jika pacar anda marah? Apakah ia dengan mudah mengatakan hal negatif tentang kamu (misalnya: menyebut kamu bodoh, tidak berguna, dll)? Apakah pacar bisa tampil menjadi dua orang yang berbeda, sesaat ia memukul dan memaki, namun kemudian akan meminta maaf dan memohon pada kamu untuk kembali padanya? Apakah pasangan sering mengatakan bahwa ia melakukan itu semua demi kebaikanmu? Jika teman-teman menjawab YA pada satu atau lebih pernyataan tersebut, maka ada kemungkinan bahwa teman-teman berada dalam hubungan kekerasan.
  2. Bersikap asertif dengan menyatakan keberatan atau berani berkata ”Tidak” saat pasangan mulai memaksa melakukan sesuatu yang tidak kita suka dan tidak sepantasnyaCobalah untuk mengungkapkan pendapat atau keberatan kamu kepada pasangan dengan cara yang tepat. Beritahu dengan tenang perilaku yang seperti apa yang tidak kamu sukai beserta alasannya. Setelah itu ungkapkan harapanmu terhadap pacar. Harus sama-sama kita ingat bahwa kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Perilaku yang dipaksakan oleh orang lain dan memiliki konsekuensi negatif seharusnya tidak kita lakukan. Dengan berani bersikap, kita juga memiliki kontrol atas diri kita sendiri dan tidak cenderung didominasi oleh pasangan.
  3. Mencari dukungan sosial dari pihak yang dipercaya jika perilaku pasangan mulai membuat kita ketakutan.Kekerasan secara psikis biasanya lebih sulit diketahui oleh orang lain karena dampaknya tidak mudah terlihat. Bagi teman-teman yang menyadari perilaku pasangan mulai mengganggu atau mengancam diri, cobalah untuk berkomunikasi secara terbuka pada pihak yang dapat dipercaya seperti orang tua atau sahabat. Hal ini bisa membantu kita mendapatkan masukan mengenai apa yang harus dilakukan. Jika merasa bahwa dampak yang dialami sudah semakin parah dan teman-teman merasa butuh cerita ke pihak yang lebih ahli, maka teman-teman dapat mendatangi psikolog untuk konseling.
  4. Evaluasi kelanjutan hubungan pacaran.Hubungan yang sehat adalah hubungan yang terbuka, setara (tidak ada yang mendominasi), saling mendukung, serta membuat individu berbahagia. Jika teman-teman ternyata masuk ke dalam hubungan yang rentan dengan kekerasan dan masih ragu untuk memutuskan apakah hubungan harus diteruskan atau tidak, tanyakan hal-hal berikut ini kepada diri: Apakah hubungan yang didasari cinta harus mendatangkan ketakutan pada diri kamu? Apakah normal jika kamu terus menangis atau sedih karena perilaku yang dilakukan pasangan? Apakah pantas jika pasangan membuatmu merasa rendah diri? Apakah yang dilakukan pasangan merupakan perilaku yang didasari rasa cinta? Jika kebanyakan jawaban adalah TIDAK, maka teman-teman tidak perlu khawatir untuk berhenti dalam hubungan tersebut. Ingat bahwa kita punya hak untuk menjadi bahagia dan kekerasan bukan hal yang pantas dilakukan di dalam sebuah hubungan.

20151025181310

sumber :

http://psikologikita.com/?q=kekerasan-dalam-hubungan-pacaran diakses pada 25 oktober 2015 pukul 17:56

http://www.aktual.com/maraknya-dating-violence-mahasiswa-ui-gelar-aksi-di-bundaran-hi/ diakses pada 25 oktober 2015 pukul 17:56

twitter himakrim

 

 

 

 

 

 

No comments yet. You should be kind and add one!

*required

*required - (will not be shared)

By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.