Skip to Content

Categories: Psikologi Populer

Self Injury Sebagai Pelampiasan Emosi

8th

Bagi kebanyakan orang, tindakan melukai diri sendiri, seperti melukai tangan dengan silet lalu melihat darah yang mengalir merupakan hal yang mengerikan. Akan tetapi sebagian orang justru menikmati tindakan tersebut dan menggunakannya sebagai media pelepasan emosi. Tindakan melukai diri sendiri dikenal dengan self injury.

 

Definisi Self Injury

plaster on  tree

Self injury atau self harm merupakan kelainan psikologis di mana seseorang dengan sengaja melukai diri sendiri. Aktivitas self injury dapat berupa mengiris, menggores, melukai, membakar kulit, dan mememarkan tubuh. Pada tingkat yang lebih akut, penderita dapat mematahkan tulang mereka sendiri dan menyuntikkan racun ke dalam tubuh.

Dengan kata lain, self injury merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri yang digunakan seseorang untuk mengatasi rasa sakit secara emosional, kekosongan diri, kesepian. Dengan melukai diri sendiri, maka seseorang merasa rasa sakitnya berkurang, meskipun ia sadar bahwa itu hanya untuk sementara. Karena pelaku “menikmati” tindakan tersebut, maka self injury dilakukan secara berulang dan menyebabkan kecenduan.

 

Self Injury Berbeda Dengan Bunuh Diri

5th

Berbeda dengan tindakan bunuh diri, self injury dilakukan untuk melepaskan emosi yang tidak dapat diungkapkan. Melukai diri dilakukan untuk mengurangi ketegangan, euforia, kemarahan, depresi, kesepian, kehilangan, dan memuaskan keinginan untuk menghukum diri sendiri. Penderita merasa tenang dan “nyaman” setelah menyakiti diri.

 

Penyebab Self Injury

Berikut beberapa pemicu tindakan self injury :

1. Merasa putus asa dan tidak tahu ke mana harus mencari bantuan. Karena merasa tidak berdaya, dengan menyakiti diri sendiri seseorang merasa lebih terkontrol.

6th

2. Perasaan marah yang tidak tertahankan. Perasaan tersebut membuat seseorang berpikir dengan melukai diri dapat mengurangi ketegangan yang dirasakan.

11

3. Perasaan bersalah atau malu yang tidak tertahankan. Menyakiti diri sendiri menjadi cara untuk menghukum diri sendiri.

4th

4. Merasa terpisah antara dunia dan tubuhnya. Menyakiti diri sendiri bisa menjadi cara untuk mengatasi pengalaman menyedihkan seperti trauma atau pelecehan serta menghindari rasa sakit ketika mengingat pengalaman tersebut.

10

 

Self Injury Dianggap Sebagai Aksi Cari Perhatian

9th

Saat penderita sedang merasa “down”, kecewa, atau kurang percaya diri, ia akan melukai dirinya. Meskipun ia sadar tindakan pelarian tersebut hanya bersifat sementara dan tidak dapat mengatasi masalah. Bila tidak diatasi sesegera mungkin, maka akan terjadi peningkatan frekuensi dan tingkat kerusakan fisik yang ditimbulkan akibat tindakan tersebut.

Masyarakat umum menganggap tindakan self injury merupakan tindakan cari perhatian. Padahal dalam kenyataanya, pelaku justru menutupi keadaan mereka. Menggunakan baju lengan panjang untuk menutup luka di tangan misalnya. Selain itu mereka akan menghindar jika orang di sekitarnya mulai curiga pada luka-luka yang ditimbulkan akibat tindakan self injury.

 

Beberapa Tipe Self Injury

1. Major Self Mutilation

Merupakan tindakan melukai diri yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, di mana kerusakan tersebut tidak dapat diperbaiki seperti semula.

2. Streotypic Self Injury

Tipe ini bersifat berulang. Contoh tindakan yang dilakukan antara lain mengiris tangan, membenturkan kepala, membuat lebam. Penderita tipe ini memiliki kelainan syaraf seperti autism atau tourette syndrome.

3. Superficial Self Mutilation

Tipe ini adalah tipe yang paling banyak dilakukan. Superficial Self Mutilation terbagi lagi menjadi 3 subtipe, antara lain kompulsif, repetitif, dan episodik. Pada tipe kompulsif, biasanya dilakukan bukan untuk mencapai pelepasan tapi lebih sebagai kompulsi. Sedangkan pada Repetitif, self-injury sudah dianggap sebagai bagian yang krusial dalam kepribadian pelaku. Dan Episodik lebih kepada episode dimana self-injury bermanifestasi pada waktu-waktu tertentu.

 

Untuk menolong penderita self injury, adalah dengan menjadi tempat berkeluh kesah, mendegarkan cerita mereka dan membantu masalah yang mereka hadapi. Untuk mengatasi kebiasaan melukai diri, dibutuhkan bantuan terapis atau professional.

 

Sumber : Kompas, MayoClinic, Wikihow

There are 14 comments

  1. uti -

    Saat saya SMP dulu, saya sempat menjadi cutter, atau pelaku Self-Injury selama 2 tahun. Saya selalu mengiris lengan kiri saya ketika perasaan saya tidak nyaman. Terus begitu. Hingga akhirnya saya menemukan orang yang bersedia menjadi ‘tempat sampah’ dan mendengarkan semua cerita saya, dan dia menerima saya apa adanya. Saya dibimbing untuk sembuh. Setiap kali saya sendirian, dia pasti mengingatkan saya via sms/telepon untuk menjaga diri dan bertekad melawan keinginan itu. Thank God, saya sudah benar-benar berhenti melakukan itu 6 bulan kemudian.

    Intinya, jangan pernah biarkan si penderita sendirian, melamun, dan tersedia benda-benda yang berpotensi melukai diri (tidak harus silet/pisau, dulu saya sering menggunakan gunting, peniti, bahkan ujung penggaris sekalipun). Perbanyak aktivitas positif dan terus beri dukungan secara penuh.

    28 Juli, 2015 at 6:10 AM
  2. pitri -

    saya dari dulu sampai sekarang selalu mengiris tangan kiri saya, tidak ada yang membimbing keluarga pun selalu jauh dari saya.

    25 April, 2016 at 2:54 PM
  3. Johan -

    Duh merinding saya.. Plisss deh jangan ada orang bodoh lagi didunia ini yang mau melakukan tindakan semacam ini.. Banyak hal yg bisa kita lakukan untuk mencari kebahagiaan atau pelampiasan kok tapi tidak dengan cara spt ini.. Perbanyak ibadah dan didekatkan diri dengan Tuhan gan sist..

    7 Juni, 2016 at 9:59 AM
  4. culun -

    saya masih menjadi penderita seperti ini,tidak hidup dengan keluarga dan mempunyai seorang ibu yang selalu menyalahkan aku membuatku butuh pelarian. dan sampai saat ini menyayatlah pelarian saya

    4 Juli, 2016 at 8:53 AM
  5. Yogi -

    saya juga pernah menjadi cutter pas masih sekolah
    Dulu setiap ada masalah .saya biasanya melampiaskannya pada dinding (pernah saya coba untuk mukul bantal,boneka dll tapi kurang street gitu rasanya) dikamar,dengan cara memukul”kannya sekuat”nya .setiap pukulannya beban saya terasa hilang
    tangan keseleo,berdarah itu sudah biasa wkwkwkwkw 😀
    sampai ke-gap bonyok gara” liat bercak” darah dinding (gue bilang aja itu untuk latihan tinju)hahahhahaha:P

    25 Juli, 2016 at 8:18 AM
  6. Deanita P. -

    Bagaimana dengan memukul kepala sendiri dan sering meremas rambut disaat melakukan kesalahan? Saya khawatir dengar diri saya saat saya melakukan hal itu , sekarang umur saya 20thn dan saya melakukan hal itu semenjak kelas 5 SD .
    Apa yg harus saya lakukan?

    24 November, 2016 at 9:36 AM
  7. Anoun -

    Saya dulu sampai sekarang menjadi cutter, sayang mengiris” tangan kiri saya hingga membentuk sayatan” yang tidak karuan banyaknya. Awal saya mencoba itu karna tekanan pikiran, rasanya tidak sakit tetapi bersarah begitu seterusnya sampai saya ketagihan dan mencoba sayatan yang lebih menyakitkan. Saya kecanduan, karna self injury membuat saya menjadi lebih tenang, dan mood saya menjadi kembali seperti semula. Saya terkadang berfikir, ada apa denganku? Kenapa aku seperti ini? , terkadang ketika saya merasa sedih bisa sampai sedih sekali, kalo saya merasa down bisa sampai seperti orang yang tdk berguna,tapi saya tetap berusaha menutupi kesedihan walaupun kemungkinan yg bisa saya tutupi hanya 20% dari 100% . Dan di waktu saya merasa sayang tdk berarti, saya bisa menangis sejadi”nya, mengurung diri di kamar yang gelap, duduk di pojokan dengan badan yg berkeringat dan rambut yang tidak beraturan ,dan sayatan sayatan indah dengan darah di tangan saya. Ketika saya sadar, saya berfikir bahwa saya seperti org depresi. Tapi dengan berjalannya waktu, saya bersikeras untuk berubah dan menahan diri saya untuk tudak melakukannya lagi, walaupun terkadang saya merasa gatal ingin menyayati lagi dan mencari benda apa saja yg dapat di jadikan untuk menyayati diri saya. Tapi sudah rada berkurang.

    7 Desember, 2016 at 2:23 PM
  8. monsta -

    mungkin saya sdh mengidap ini sejak 4 thn yg lalu. dan sampai skrg masih bgitu. malah lebih parah. saya sudah seperti org gila saat emosi saya benar” tinggi. dan sampai saat ini juga saya belum mampu untuk berbagi dgn org lain untuk meringankan emosi sesaat saya. dan juga keadaan keluarga sepertinya lebih dominan memicu kegilaan saya.

    15 Desember, 2016 at 2:55 PM
  9. krisnatius -

    saya mengalami gejala serupa namun saya masih memiliki rasa agak takut kalau menggunakan alat-alat seperti silet atau gunting
    namun bila saya merasakan kebingungan, putus asa, akhirnya ya saya cuma menggigit tangan saya sendiri bahkan sampai keluar darah.
    setelah itu pun saya baru merasa tenang
    entah sudah brapa kali saya menggigit tangan untuk bisa merasa tenang

    15 Desember, 2016 at 3:07 PM
  10. Aleanaust -

    Karena memang sakit fisik itu bisa mengobati obati sakit yg lain. Meredahkan emosi dan kepedihan. Dengan menyakiti diri sendiri itu menghilangkan rasa sakit lain yg tidak bisa diungkapkan

    16 Desember, 2016 at 2:34 PM
  11. SM -

    Saya sudah 5 tahun seperti ini. Awalnya saya korban kekerasan fisik oleh orang lain tanpa ada yg tau krn saya memendam masalah tsb bertahun2. Tapi saya malah bisa tenang bila menyakiti diri sendiri. Mulai dari sayat lengan, membenturkan kepala, Mengigit bibir sampai berdarah dan menggigit kuku2 jari saya. Penyakit ini sempat mereda tapi kembali bila saya mengalami hal yg membuat depresi atau tertekan mental. Selain itu sayapun penderita bipolar jadi bila mood swing ke arah badmood atau ada sesuatu yg membuat saya down sedikit saja seperti tekanan, penolakan ataupun perkataan/perbuatan yg menyinggung/menyakiti perasaan saya akan mulai menangis menjambak dan melukai diri. Apalagi bila saya tidak ada yg menemani atau sedang seorang diri. Fase paling parah adalah ketika bipolar dan self injury ini muncul diwaktu bersamaan. Menyiksa tapi saya menikmati saat melukai diri tapi satu sisi saya lelah menjadi penderita penyakit2 mental seperti ini.

    20 Desember, 2016 at 10:51 AM
  12. NAM -

    Saya juga begitu. Kalo saya itu tiap saya buat suatu kesalahan yang fatal sekaligus bisa bikin ortu marah dan malu, saya bakal ngurung diri di kamar dan nyubit tangan saya sekeras-kerasnya pake kuku, nyakar tangan sm muka, nampar muka bolak balik sekenceng-kencengnya, gigit tangan dsb. Itu tuh dimulai waktu masih kecil dan masih berlanjut sampe sekarang. Terakhir baru aja ngelakuin dan rasanya itu kaya pengen nyiksa diri lebih parah lagi. Pengen lepas tapi malah jadi pengen lagi dan lagi karena terus ngerasa ngelakuin kesalahan fatal.

    4 Januari, 2017 at 5:26 AM
  13. lindaa -

    Saya juga penderita self injury sejak kelas 4 SD sampai sekarang saya kelas 9. Semua pecahan kaca saya simpan di lemari, sudah banyak pecahan kaca yg saya kumpulkan dan biasa akan saya pakai jika saya membutuhkan “mereka” untuk “melukis” di kulit saya.

    15 Januari, 2017 at 6:12 AM
  14. L -

    Artikelnya menarik, kebetulan saya adalah penderita self injury. Saya suka menggaruk wajah maupun tangan saya hingga berdarah jika sedang menahan tangis ataupun stress. sudah banyak luka di tubuh saya. Saya ingin berhenti dari kebiasa,an tersebut. Apa sebaiknya yang harus saya lakukan untuk menghentikan kebiasa,an ini?
    Terima Kasih sebelumnya,….

    18 Januari, 2017 at 10:20 AM

*required

*required - (will not be shared)

By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.