Skip to Content

Categories: Psikologi Populer

Pukul Aku, maka Aku akan Belajar Memukul

“Asah, Asih, Asuh”

Ungkapan di atas sudah tidak asing terdengar di telinga bukan? Mirisnya, tak banyak orang tua yang tahu cara memberikannya atau bahkan kadang tak peduli. Mereka seringkali berpikir nutrisi dan materi adalah hal wajib yang dibutuhkan oleh seorang anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Namu kenyataannya tak hanya materi, tetapi pendidikan, cinta, dan binaan adalah tiga hal dasar yang harus dimiliki seorang anak agar ia dapat merasa benar-benar “utuh”.

Seperti yang dilansir dari Kompas .com, berdasarkan data yang diterima Komnas Perlindungan Anak, jumlah kasus kekerasan anak di Jabodetabek pada tahun 2012 mencapai 2.626 kasus dan pada 2013 mencapai 3.339 kasus. Bahkan di trimester pertama 2014, Komnas PA menerima 252 laporan kekerasan pada anak. Sebuah fakta yang cukup mencengangkan. Bahkan kasus kekerasan banyak terjadi di lingkungan yang dianggap “aman” bagi anak-anak, seperti sekolah dan keluarga.

 

Beberapa Bentuk Kekerasan terhadap Anak

child-threatened

1. Penelantaran

Merupakan kondisi di mana orang dewasa yang seharusnya bertanggung jawab, gagal menyediakan kebutuhan dasar anak, seperti kebutuhan fisik, emosional, dan pendidikan.

2. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah serangan fisik, seperti memukul, menendang, menampar, mendorong, dan tindakan lainnya yang dilakukan orang dewasa pada anak.

3. Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu paksaan remaja/orang dewasa kepada anak untuk mendapatkan kepuasan seksual.

4. Kekerasan Psikologis

Kekerasan psikologis/emosional melibatkan kata-kata kasar, penghinaan, pengekangan, maupun ancaman yang dilakukan pada anak. Reaksi kekerasan emosional pun beragam, mulai dari menarik diri, menyalahkan diri sendiri, fobia social, kurang percaya diri, dan berbagai kecenderungan lainnya.

 

Faktor Penyebab Kekerasan pada Anak

angry-parents-fighting

1. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari lingkungan pribadi anak, seperti peran orang tua yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, lahirnya anak yang tidak diharapkan, orang tua mengalami PHK, serta kondisi anak yang berbeda.

2. Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari lingkungan di sekitar anak, seperti kesenjangan sosial, lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi, serta tayangan televisi dan internet yang banyak mengandung unsur kekerasan.

 

Dampak Kekerasan pada Anak

dampak_kekerasan

Akibat kekerasan pada anak dapat beragam, di antaranya :

1. Dampak Fisik

Kekerasan dapat mengakibatkan luka, memar, dan kematian.

2. Dampak Psikologis

Secara psikologis, kekerasan dapat menyebabkan anak mengalami trauma, depresi, fobia, serta gangguan seksual. Selain itu kekerasan juga dapat membuat anak mengalami perubahan perilaku, seperti lebih pendiam, agresif, mudah menangis, bersikap tertutup, sulit percaya dengan orang lain, serta mengalami kenaikan atau penurunan berat badan secara drastis.

3. Dampak Sosial

Kekerasan pada anak dapat mengakibatkan pengucilan oleh masyarakan sekitar, serta pemberian julukan yang tidak pantas, seperti “anak korban perkosaan”.

 

Cara Mengatasi Dampak Kekerasan pada Anak

head-children

1. Menjauhkan anak dari lingkungan yang dapat membuat ia mengingat peristiwa kekerasan yang menimpanya.

2. Menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi anak.

3. Mendampingi anak dalam setiap kegiatannya.

4. Melibatkan anak dalam kegiatan seni, seperti menggambar, melukis, dan bermain musik sebagai bentuk trauma healing pada anak.

5. Dengan terapi psikologis, seperti hypnotheraphy.

 

Semua Berawal dari Keluarga

family

Keluarga merupakan tempat berkembang dan bertumbuh bagi anak.  Kekerasan yang dialami oleh anak akan berulang pada generasi berikutnya, karena anak belum memiliki filter untuk membatasi apa yang baik dan tidak bagi dirinya. Jika di dalam keluarga, orang tua terbiasa melakukan kekerasan terhadap anak, maka anak akan belajar bahwa kekerasan merupakan cara untuk menyelesaikan masalah. Pukulan dan ucapan negatif yang diterima anak, akan membekas hingga ia dewasa dan membuat anak menjadi lebih agresif.  Anak akan belajar memukul, memaki, dan tindakan kekerasan lainnya karena ia berpandangan itu adalah sesuatu yang “lumrah” dan merupakan cara untuk menyelesaikan masalah.  Akibatnya kekerasan menjadi mata rantai yang akan berulang antar generasi dan sulit terputus.

 

Pentingnya Afirmasi Positif

afirmasi

Kata-kata adalah doa. Apa yang diucapkan oleh orang tua kepada anaknya akan menjadi stigma bagi anak. Sebagai contoh jika orang tua mencap (labeling)  anaknya sebagai anak yang bodoh, maka anggapan itu dapat terbawa hingga anak dewasa. Kata-kata (afirmasi) positif dapat membantu anak untuk lebih percaya diri, dan tentunya akan menambah erat ikatan cinta antara orang tua dan anak karena anak merasa dicintai.

 

Kekerasan Bukanlah Cara untuk Menyelesaikan Masalah

parenting

Tindak kekerasan pada anak, terutama yang dilakukan oleh orang tua akan membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi renggang.  Bukannya merasa aman, anak justru merasa takut saat bersama orang tua. Sebaliknya jika penyelesaian masalah dalam keluarga dilakukan dengan komunikasi dan pengarahan yang baik, maka akan muncul rasa percaya pada diri anak, sehingga anak akan leluasa menceritakan apapun yang dialaminya pada orang tuanya.

 

Sumber : Wikipedia, Kompas, MeetDoctor

 

No comments yet. You should be kind and add one!

*required

*required - (will not be shared)

By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.