Skip to Content

Categories: Education & Tips

Obesif Compulsif Disorder (OCD)

Gangguan obsesif kompulsif atau yang lebih sering dikenal dengan singkatan OCD adalah kelainan psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku yang bersifat kompulsif. Kelainan ini ditandai dengan pikiran dan ketakutan tidak masuk akal (obsesi) yang dapat menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi). Misalnya, orang yang merasa harus memeriksa pintu dan jendela lebih dari tiga kali sebelum meninggalkan rumahnya.

Gejala OCD  yang muncul pada tiap penderita berbeda-beda. Ada yang ringan di mana penderita menghabiskan sekitar satu jam bergelut dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsifnya, tapi ada juga yang parah mengalami gangguan ini hingga mengendalikan hidupnya.

Semua orang pasti memiliki pikiran tidak menyenangkan atau negatif. Tetapi sebagian besar orang dapat melanjutkan hidup secara normal karena berhasil mengendalikan pikiran dan membendung kekhawatiran tersebut. Jika benak Anda terus dihantui dan sangat dikuasai pikiran negatif, maka terdapat kemungkinan bahwa Anda mengalami obsesi. Beberapa jenis obsesi yang umumnya menguasai penderita OCD adalah:

  • Takut terkontaminasi atau kotor, misalnya karena menyentuh objek yang sudah disentuh orang lain atau bersalaman.
  • Semua harus teratur dan simetris,misalnya menyusun pakaian berdasarkan gradasi warna.
  • Takut tidak sengaja melukai diri sendiri atau orang lain, misalnya berulang kali memeriksa setrika karena takut menyebabkan kebakaran.
  • Munculnya pikiran yang tidak diinginkan, termasuk tentang sikap agresif, seksualitas, keyakinan,serta agama. Misalnya mendadak ingin mengutarakan sumpah serapah tanpa alasan jelas atau tertekan karena sering membayangkan hal-hal seksual.

 

Penderita OCD juga umumnya melakukan tindakan repetitif tertentu. Tujuannya adalah untuk mengurangi atau mencegah kecemasan yang disebabkan oleh pikiran obsesif. Tetapi perilaku ini sering berlebihan atau tidak berhubungan secara rasional dengan hal yang ditakutkan. Contohnya:

  • Mencuci tangan berkali-kali sampai kulit menjadi kering dan lecet.
  • Berulang kali memeriksa pintu, kompor atau setrika.
  • Selalu bersih-bersih.
  • Sangat menyukai keteraturan dan selalu menghitung.
  • Tidak pernah membuang barang walau sudah tidak terpakai.
  • Terus-terus bertanya untuk memastikan sesuatu.
  • Mengulang kata-kata atau doa tanpa bersuara.

Dampak OCD pada rutinitas sehari-hari akan menentukan proses pengobatan yang cocok untuk Anda. Proses pengobatan ini dilakukan secara bertahap dan membutuhkan waktu sampai hasilnya benar-benar efektif, terkadang lamanya hingga berbulan-bulan. Karena itu, penderita OCD serta keluarganya dianjurkan untuk menjalani proses pengobatan dengan sabar.

Langkah pengobatan yang biasanya akan dijalani meliputi terapi perilaku untuk mengubah tingkah laku dan mengurangi kecemasan. Selain itu juga ada obat-obatan untuk mengendalikan gejala yang dialami.

Hambatan OCD dalam rutinitas penderita sering disebut sebagai gangguan fungsional. Jika masih termasuk ringan, gangguan ini pada umumnya bisa ditangani dengan terapi perilaku atau CBT saja. Tetapi jika lebih berat, terapi CBT akan lebih ditekankan dan obat antidepresan juga bisa disertakan.

Anak-anak yang mengidap OCD umumnya akan ditangani oleh dokter dengan spesialisasi menangani OCD pada anak-anak.

maxresdefault

Terapi Pajanan dan Pencegahan Respons (Exposure and response prevention/ERP)

  • CBT meliputi terapi pajanan dan pencegahan respons (ERP) yang terbukti efektif untuk menangani OCD. Dalam terapi ini, sejumlah situasi yang menjadi pemicu kecemasan penderita akan dideteksi. Penderita akan menjalani pajanan terhadap objek atau obsesinya dan belajar mengatasi kecemasan secara bertahap dengan cara yang sehat.
  • Tahap ini harus dilewati tanpa melakukan perilaku kompulsif yang biasa muncul untuk menghilangkan kecemasan penderita. Proses ini memang terdengar menakutkan, tapi terbukti sangat membantu.
  • Tingkat dan durasi kecemasan penderita biasanya cenderung berkurang seiring jumlah latihan yang dijalaninya. Setelah berhasil menaklukkannya, penderita dapat melanjutkan ke pemicu kecemasan yang lebih berat.

antidepresan-kullaniminda-rekor-artis,p7mxGaT090aMOUzD9taYXQ

Penggunaan Antidepresan

  • Obat-obatan juga mungkin dibutuhkan untuk menangani OCD jika penderita mengalami tingkat OCD menengah atau parah, dan jika CBT tidak cukup efektif. Beberapa jenis obat yang biasa digunakan adalah Flueoxetine , citalopram, dan clomipramine.
  • Fluoxetine dan citalopram termasuk obat-obatan penghambat pelepasan selektif serotonin (SSRI). Jenis antidepresan ini dapat meningkatkan jumlah serotonin dalam otak dan manfaatnya akan terasa biasanya setelah tiga bulan pemakaian. Tetapi penderita OCD tingkat menengah dan parah setidaknya perlu mengonsumsinya selama satu tahun. Jika penderita hanya mengalami sedikit gejala atau tidak sama sekali saat kembali diperiksa, dokter mungkin akan mengizinkannya untuk menghentikan penggunaan.
  • Penderita perlu waspada karena obat ini dapat meningkatkan kecemasannya sehingga dapat menimbulkan dorongan untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri. Segera periksakan penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat jika dia mengonsumsi SSRI dan mengalami dorongan-dorongan negatif tersebut.
  • Penderita juga sebaiknya tidak berhenti mengonsumsi SSRI tanpa mendiskusikannya dengan dokter karena dapat menyebabkan kambuhnya gejala-gejala OCD. Dokter akan mengurangi dosis secara bertahap sampai Anda boleh berhenti meminumnya.
  • Bagi penderita OCD yang tidak cocok mengonsumsi SSRI, tersedia clomipramineyang merupakan antidepresan trisiklik (TCA). Tetapi meski terbukti efektif, obat ini jarang dianjurkan oleh dokter karena efek sampingnya yang lebih banyak.
  • TCA tidak cocok untuk orang yang memiliki tekanan darah rendah, aritmia (detak jantung yang tidak teratur), dan pernah terkena serangan jantung dalam waktu dekat. Orang yang berisiko terkena penyakit kardiovaskular juga dianjurkan untuk menghindari penggunaan obat ini. Jika memang perlu, pengguna obat ini sebaiknya menjalani tes tekanan darah dan elektrokardiogram (EKG) secara teratur.

 

Sumber: Alodokter

No comments yet. You should be kind and add one!

*required

*required - (will not be shared)

By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.