Skip to Content

Categories: Education & Tips

Menguap itu menular? Ini teorinya !

Pernah melihat teman di dekatmu menguap lalu kamu tiba-tiba ikutan menguap padahal gak ngantuk? Jika pernah, tandanya kamu adalah salah satu orang yang mudah tertular menguap.

Keadaan tersebut merupakan salah satu keadaan sepele yang dialami banyak orang sehari-hari, namun sesungguhnya masih jadi misteri untuk diselidiki. Bahkan hingga saat ini, penelitian untuk menemukan jawaban dari “mengapa menguap itu menular” masih dilakukan lho.

Di tengah usaha mencari jawaban tersebut, sudah ada dua teori yang mencoba menjawab misteri ini, meskipun keduanya saling berseberangan. Kedua teori tersebut juga punya pandangan dan penjelasan masing-masing terkait bagaimana menguap bisa menular. Untuk selengkapnya, kamu bisa baca dulu artikel ini:

Teori 1: Penyebab kenapa kita tertular untuk menguap dijelaskan dalam “The brain cooling theory”.

girl-yawning-05f99c71d49cfe66daeb93cb8e434b25.jpg

Teori ini dikembangkan oleh peneliti dari University of Albany di Amerika Serikat. Dilansir dari BBC, teori ini berangkat dari bentuk komunikasi dalam ritual kuno yang dilakukan guna memperingatkan kelompok agar waspada, di mana komunikasi ini dilakukan dengan menguap.

Dampak menular dari menguap terpicu oleh empati yang dimiliki anggota kelompok tersebut. Dengan kata lain, menguap tanpa kita sadari merupakan salah satu bentuk komunikasi yang tersirat untuk menyampaikan orang sekitar kita untuk waspada.

Jadi, alih-alih membuat ngantuk, teori ini justru beranggapan bahwa menguap berguna untuk membuat kita terjaga. Karena melalui menguap, sesungguhnya suhu otak menjadi lebih dingin dan hal ini dapat membantu otak bekerja lebih efisien dan tetap terjaga.

Teori 2: Ikut tertular untuk menguap menandakan kamu memiliki empati.

yawning-74e3a9514aff03d2e3f9fe15a4fa6fc3.jpg

Empati tak lain adalah aspek penting dalam proses perkembangan kognitif manusia. Empati memungkinkan kita untuk memahami emosi orang lain, yang tentunya merupakan unsur penting dalam sebuah interaksi.

Hubungan antara empati dan reaksi menguap ditemukan oleh beberapa ahli psikologi dari Leeds University di Inggris. Peneliti ini mencoba membandingkan kemampuan empati mahasiswa psikologi dan mahasiswa teknik diikuti dengan reaksi masing-masing ketika melihat seseorang menguap.

Hasilnya, mahasiswa psikologi memiliki kemampuan empati lebih tinggi karena memiliki skor lebih tinggi dalam tes emosi, serta lebih mudah tertular untuk menguap. Dari hasil ini juga, banyak yang menyimpulkan bahwa orang yang lebih mudah tertular menguap merupakan orang yang baik, sementara orang yang tidak mudah tertular dapat berpotensi menjadi psikopat.

yawning-1-34a42dc1d7d89d899729bafaf57026a4.jpg

Namun, sepertinya hal tersebut juga belum tentu benar. Dilansir dari Psychology Today, diketahui bahwa tidak semua orang mudah tertular untuk menguap, dan hanya sekitar separuh orang dewasa yang mudah tertular untuk menguap. Terlebih lagi, juga diketahui fakta lainnya bahwa ternyata seiring pertambahan usia, seseorang akan semakin sulit tertular untuk menguap. Sehingga asumsi keterkaitan antara empati dan reaksi menguap menjadi diragukan.

Sepertinya memang masih butuh penelitian lebih lanjut untuk mengungkap misteri menularnya menguap. Meski sepele juga bukan berarti gak penting, apalagi mengingat sifat menular dari menguap cuma bisa dirasakan manusia dan binatang simpanse. Tentu bikin jadi penasaran dong jawaban pasti yang menyebabkannya menular di kita. Ngomong-ngomong, selama membaca artikel ini kamu ikutan menguap juga gak?

Sumber : md-health.com , personal.psu.edu , reachingutopia.com , idntimes

No comments yet. You should be kind and add one!

*required

*required - (will not be shared)

By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.