Skip to Content

Categories: Education & Tips, Love & Relationship, Story & Real Life

Hidup Akan Baik-Baik Saja Tanpa Dia

abc

“Bahagia bukan perkara karena seseorang, namun persoalan bersyukur.” 

 

Seringkali orang yang disakiti akan merasa separuh hatinya menghilang,  nyaris tidak punya semangat hidup  dan akan menyalahkan diri sendiri atas rasa sakit hatinya. Atau bisa jadi akan membenci orang yang telah menghujam, menohok dan menjleb hatinya. Sedemi sumpah serapah, menghujani kata-kata yang nggak banget dilakuin tapi masih dilakuin sama orang yang sakit hati. Yah, apalah kata-kata yang di-share dalam jejaring sosial demi kepuasan. Semoga tuh orang yang nyakitin baca dan bisa ngerti kalau kamu sakit hati, gitu? Nggak banget! Bodoh kalau dia ternyata ketawa-ketawa ngeliat kamu yang galaunya sampai sekampung. Ehm, bisa juga, galau kampungan.

Nggak ada dia, hari masih sama: senin sampai minggu.

Nggak ada dia, waktu masih sama:  24 jam.

Nggak ada dia, kamu masih bisa ngelakuin hal yang biasa dilakuin. Seperti makan, tidur, nonton tv, baca buku, undang teman-teman party, kunjungin keluarga jauh, ubah dandanan dan ehm,, kuatin diri untuk move on #eh.

Bedanya? Kebiasaan. Sudah biasa sama dia dan laporan tiap detik. “Sayang, aku mau jalan sama teman-teman,”/ “Sayang, aku lagi duduk nih,” / “Sayang, aku lagi ngelangkah pake kaki kanan, sekarang kaki kiri.”

“Sayang, aku lagi napas…”

Namanya juga berpisah pasti akan merasakan kehilangan. Entah kehilangan aktifitas tanpa dia, tanpa berkicaunya dia, tanpa ada dia yang bakal siap ngasih sandaran bahu kalau kamu menangis. Semua bakal merasa hidup sendiri, mandiri, pemikiran yang semula mengarungi hidup berdua dengan dia, ternyata sekarang memilih terjun ke dasar laut dan berenang sejauh mungkin untuk menghindari kapal pengangkut cinta. Yeah.

Nggak ada dia, hidup nggak bakal berakhir. Toh, masih bisa ngelakuin hal yang biasa kita lakuin. Nggak ada dia, hidup seharusnya gak hampa, karena hidup sebuah perputaran roda untuk merasakan sedih, bahagia, perih, tertatih, tersungkur, kehilangan, dan bahagia lagi. Dan kedepannya akan lebih jeli memprioritaskan seseorang yang setia mengabdi dalam kehidupan kita, seperti keluarga dan teman.

Sumpah, janji atau komitmen yang bukan dalam ikatan suci cenderung punah dan hancur lebur jadi partikel-partikel halus, berserakan tak menentu arah. Bukankah Tuhan tidak suka manusia yang berlebihan dengan keadaan? Kalau cinta, yasudah, nggak usah janji hidup semati dan mau mati karena cinta terus tertanam hingga akhir hayat. Sudah dikasih sama Tuhan, bersyukur aja, menjaga dari yang Tuhan tidak suka. Kalau Tuhan senang pasti dapet bonus.

Kehilangan cuma masalah waktu. Bukan untuk merusak hati, bukan juga untuk merasakan galau. Tapi bagaimana membuat hidup lebih kuat dari biasanya, belajar menghargai ketika pernah memiliki dan juga mengerti bagaimana cara memaafkan yang memang harus dimaafkan. Iya, jangan ada rasa benci, jangan ada rasa kesal dan jangan ada kata menyesal untuk seseorang yang pernah berdiam dalam hatimu, karena seperih apapun hatimu setidaknya dia pernah membuat duniamu lebih bahagia dari biasanya dan lebih baik dari pemikiran biasa.

Siapapun dia, sang pemberi kesedihan setidaknya saat ini. Dia tidak berhak untuk disingkirkan, justru berterima kasih lah karenanya kamu di tempatkan dalam lingkaran pembelajaran bagaimana cara memaafkan dan mengikhlaskan. Karena sebaik-baiknya pembelajaran hidup, datang dari orang lama yang telah selesai berkisah, untuk kita petik positifnya dan menjadi bekal agar tidak jatuh di lubang masalah yang sama untuk masa depan.

Jadi, hidup masih baik-baik saja tanpa dia. Asal kamu bisa berdamai sama hati sendiri, caranya menjadi pribadi yang lebih baik dan berprestasi. Rasa sakit nggak bakal bisa hilang kalau belum bisa memaafkan dia. Asal kamu mengerti; rasa sedih, dongkol atau patah hati yang selalu diratapi dapat merubah kondisi dan malah makin memperparah kehidupan. Nggak doyan makan, nggak semangat aktifitas—Rugi!

Kita masih punya sisi yang terkunci, masih punya pintu yang belum kita tembus dan masih banyak jalan yang belum kita tempuh. Baru buka satu sisi dan melewati satu pintu sudah putus asa dan nyerah? Kamu tidak punya Tuhan?

Jangan paksa kehendak yang sebenarnya bukan itu tujuan hidup kita, jangan terlalu menulis kisah hidup yang nggak banget ditulis pake mohon-mohon. Akan ada yang berdiam dan tinggal dalam hati pada waktu yang tepat, ketika kamu sudah banyak belajar dan mengerti strategi hidup. Karena orang yang akan singgah dalam hatimu juga masih berkelana ke rumah baru untuk belajar bagaimana menciptakan suatu kebahagiaan dan komitmen sesungguhnya sebelum pulang ke hatimu. Yeah.

Buat semua jadi pembelajaran hidup dan jangan disesali. Kenangan nggak bakal bisa dihapus dengan penghapus Ujian Nasional sekalipun, karena kenangan adalah satu-satunya jembatan pengingat bahwa kamu pernah belajar melukis kehidupan yang harus di koreksi supaya bab akhir kehidupan nggak salah ngelukis lagi.

Sementara untuk menunggu menulis sampai bab akhir kehidupan sama “dia”, belajarlah jadi pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya. Karena jodoh merupakan cerminan kebaikan kita sesungguhnya. Tidak pernah tertukar seperti sinetron putri yang tertukar.

Mau dapetin yang lebih baik, ya harus jadi yang terbaik.

Seseorang mana yang tidak suka melihat kita tangguh, mandiri, dan sukses?!

Semangat move on!

 

visit my blog:  www.battlepujangga.blogspot.co.id

 

No comments yet. You should be kind and add one!

*required

*required - (will not be shared)

By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.