Skip to Content

Categories: Psikologi Populer

Fenomena Selfie

Seluk-beluk Selfie

Selfie adalah sebuah fenomena, di mana seseorang memotret diri sendiri, dengan menampilkan wajah maupun seluruh tubuh. Foto selfie biasanya dilakukan dengan menggunakan smartphone atau webcam, yang kemudian di upload ke social media, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan jejaring sosial lainnya. Karena kata ‘selfie’ begitu populer, Oxford menobatkan kata ini sebagai “Word of The Year” pada tahun 2013.

 

 

Sejarah Selfie

cornelius

 

duckface

Sebenarnya selfie bukanlah hal baru. Foto Robert Cornelius pada tahun 1839 diyakini sebagai foto selfie pertama di dunia. Saat ini foto tersebut ditempatkan di Library of Congress, Washington. Bahkan sejak Facebook mulai digunakan, banyak ditemukan orang berfoto dengan pose “Duckface”, atau memonyongkan bibir agar terlihat seksi.

 

 

Mengapa Orang Suka Memotret Diri Sendiri?

Dikutip dari BBC News, foto selfie berkaitan erat dengan self image. Sebagai contoh, daripada menulis status “hangout dulu”, akan lebih menarik jika foto yang di upload bukan? Dan ketika banyak “like” serta komentar yang mengenai foto tersebut tentu akan membuat Anda senang.

Selain itu, fenomena ini terjadi karena pada dasarnya manusia suka mencoba identitas baru. Orang yang gemar berfoto selfie umumnya memiliki banyak sekali pose diri sendiri. Akan tetapi tidak semua foto yang diunggah ke media sosial. Mereka hanya memilih foto yang disukai atau bahkan foto yang dimanipulasi secara digital agar terlihat lebih bagus.

Fenomena Selfie

 

 

Sisi Positif dan Negatif dari Selfie

how-to-take-spectacular-selfie-ftr

Sisi positif dari selfie yaitu adanya kesadaran seseorang untuk eksplorasi diri dan berbagi dengan dunia di sekitarnya.  Mereka menyadari bahwa mereka tidak sendiri, sehingga orang akan membagikan ‘sisi lain’ dari dirinya. Orang akan ‘menjaga’ agar setiap momen yang dilewati tidak hilang begitu saja.

Selfie akan berdampak negatif bila seseorang kecanduan mengunggah fotonya di jejaring sosial, sehingga dapat mengurangi sosialisasi di dunia nyata. Selain itu, selfie seringkali dijadikan ajang untuk ‘pamer’, yang memicu seseorang melakukan hal yang sama saat melihat sebuah posting di dunia maya.

 

Sumber : Wollipop, Kompas

No comments yet. You should be kind and add one!

*required

*required - (will not be shared)

By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.