Hasrat makan yang dipicu oleh kondisi emosi yang tidak stabil dikenal dengan emotional eating. Emosi tersebut bisa berupa perasaan kesepian, marah, kecewa, dan kehilangan. Menyantap makanan dijadikan sebagai pelarian dengan harapan perasaan akan membaik. Kenyataannya, mood akan memburuk karena berat badan tak terkontrol dan kondisi kesehatan terganggu.
Penyebab Emotional Eating
1. Tidak Sadar
Beberapa orang makan secara tidak sadar. Mereka cenderung melahap apa saja yang ada di depan mereka dengan alasan “makanan terlihat oleh mata”. Tanpa mempedulikan rasa kenyang, mereka akan terus menyantap makanan hingga habis.
2. Makanan Merupakan Pusat Kesenangan
Saat senang, ada keinginan untuk memberi hadiah pada diri sendiri. Dan hadiah itu berupa makanan. Demikian pula saat sedih, mengkonsumsi coklat atau es krim dianggap dapat memperbaiki mood yang memburuk.
3. Ketidakmampuan Menghadapi Situasi Buruk
Saat dihadapkan pada masalah berat, beberapa orang memilih menghindar dari masalah dengan banyak makan. Tindakan ini dipilih sebagai pelarian dari perasaan cemas, takut, kecewa, marah, dan sebagainya.
4. Body Hate
Kebencian pada tubuh sendiri seringkali menjadi pemicu terjadinya emotional eating. Perasaan malu atau obsesi untuk mencapai berat badan tertentu membuat seseorang membenci tubuhnya sendiri.
5. Lelah dan Stres
Saat kurang istirahat dan banyak tekanan, keinginan untuk makan akan lebih besar, karena secara otomatis tubuh akan mengirim sinyal ke otak untuk makan.
Bagaimana Mengatasi Emotional Eating?
1. Kenali Rasa Lapar
Perut keroncongan padahal baru saja makan, bisa jadi itu pertanda dehidrasi. Coba minum segelas air sebelum memutuskan untuk makan lagi.
2. Alihkan Perhatian ke Hal Lain Selain Makanan
Saat perasaan sedang “down”, orang cenderung ingin mengkonsumsi makanan manis, seperti es krim, cake, dan coklat. Kebiasaan tersebut jika dilakukan terus-menerus akan berdampak pada kenaikan berat badan dan memicu perasaan bersalah. Coba kegiatan lain seperti berkumpul dengan teman-teman, nonton film, atau kesibukan lain yang dapat membuat mood membaik.
3. Maafkan Diri Sendiri
Terkadang emotional eating muncul karena ketidakmampuan menerima kesalahan yang telah dilakukan. Maafkan dan terima diri sendiri. Dengan demikian nafsu makan pun akan lebih terkontrol, karena seseorang dapat menyantap makanan secara “sadar”.
4. Rutin Olahraga dan Cukup Istirahat
Menurut sebuah penelitian, kegiatan olahraga dapat meningkatkan kadar hormon endorfin, yang merupakan hormon pemicu perasaan senang. Saat merasa tidak nyaman, coba lakukan olahraga ringan. Perasaan akan membaik dan sebagai bonus, berat badan akan terjaga. Selain itu kurang istirahat akan membuat seseorang mudah stres, sehingga nafsu makan meningkat. Istirahat cukup akan membantu tubuh dalam mengelola stres.
5. Meminta Bantuan Terapis atau Psikolog
Saat keadaan tidak terkendali, ada baiknya minta bantuan terapis atau psikolog. Melalui terapi, akan diketahui faktor pemicu emotional eating.
“You Are What You Eat”, makan tidak hanya sekedar untuk mengatasi lapar atau memperoleh energi. Di samping kepuasan yang didapat dari makanan, setiap makanan yang masuk ke perut, akan menjadi bagian yang membentuk tubuh, perasaan, dan pikiran kita.
Sumber : WebMD, Kompas
No comments yet. You should be kind and add one!
By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.