Skip to Content

Categories: Story & Real Life

Di Balik Kata Maaf

Semua agama meyakini kekuatan menyembuhkan dari memaafkan. Setiap orang yang hadir dalam kehidupan kita, seringkali dapat menyakiti dan tersakiti oleh kita. Sehingga diperlukan adanya kata “maaf” dalam hubungan apapun. Bukan soal benar atau salah, tapi lebih karena kesediaan kita untuk melepaskan apa yang membebani hati dan pikiran.

 

The Past Becomes the Future

Membawa luka masa lalu dapat menginfeksi diri kita di masa sekarang, baik secara fisik maupun secara psikis. Demikian pula jika dengan menyimpan luka masa kini. Maka secara tidak sadar, kehidupan di masa depan akan terganggu. Maaf membantu mengurangi kadar sakit hati yang dialami.

 

Kita Semua Pernah Terluka

Penolakan, sakit hati, dan amarah itu manusiawi. Semua orang pernah terluka dan punya perjuangan hidupnya masing-masing, karena apa yang terlihat adalah “permukaan” saja. Dan apa yang mereka alami di masa lalu menghasilkan pola pikir dan karakter mereka sekarang.

 

Tidak Ada yang Sempurna

Tidak ada orang tua dan keluarga yang sempurna. Masing-masing memiliki masalahnya sendiri, dengan kadar yang berbeda-beda. Jika terlihat baik-baik, itu hanya kita melihat “dari luar”. Setiap orang tua berusaha menjadi yang terbaik untuk anak-anaknya. Ketidaksempurnaan mereka muncul karena tidak ada sekolah khusus untuk orang tua. Sehingga sebagian cara didik mereka mengadopsi dari orang tua mereka.

 

Memaafkan itu Menyembuhkan

Kekuatan besar psikoterapi adalah pada kemampuannya untuk membantu seseorang membebaskan diri dari pengaruh negatif dari masa lalu. Sehingga dikenal adanya forgiveness therapy. Memaafkan diri sendiri dan orang lain dapat memberi dampak kesembuhan diri.

 

Forgiveness, like Grieving, has its Stages

Seperti halnya mencintai atau kehilangan, memaafkan pun melalui beberapa tahapan. Penyangkalan, tawar-menawar, kemarahan, depresi, dan kemudian berakhir pada penerimaan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima dan mengakui. Membawa luka lama terus-menerus hanya akan mengurangi kebahagiaan kita saat ini.

 

True Forgiveness is a Process, more than a Destination

Memaafkan memerlukan proses penerimaan. Penerimaan bertujuan mengakui bahwa ada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Beberapa orang tidak pernah memaafkan dan tidak pernah lupa. Mereka tetap korban selamanya, bukan hanya korban atas peristiwa menyakitkan terjadi, tetapi juga luka yang berdampak pada hubungan masa depan dan cara pandang.

 

Pengampunan adalah cerita tentang menempatkan masa lalu di tempatnya, membiarkan pergi dengan perubahan afirmasi positif dalam hati kita. Tentang hidup di masa kini dan mempersiapkan masa depan. Memaafkan memiliki kekuatan yang perlu ditelusuri terus-menerus.

 

Sumber: PsychologyToday

No comments yet. You should be kind and add one!

*required

*required - (will not be shared)

By submitting a comment you grant PsikologID a perpetual license to reproduce your words and name/web site in attribution. Inappropriate and irrelevant comments will be removed at an admin’s discretion. Your email is used for verification purposes only, it will never be shared.